Senin, 09 Juli 2012

ZONA MERAH


Zona merah adalah daerah diluar batas keseimbangan. Di dalam daerah ini, terdapat hal-hal atau perbuatan-perbuatan yang berdampak negatif, baik bagi pelaku itu sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. 

Jika kita hubungkan dengan konsep batas keseimbangan, maka hal-hal yang ada di dalam zona merah merupakan hal-hal yang sudah melewati batas keseimbangan, dengan kata lain hal-hal tersebut sudah melebihi ‘takaran’ idealnya.

Oleh sebab itu, jika seseorang melakukan suatu perbuatan yang berada di dalam zona merah, maka akan berdampak negatif dan merugikan baik bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar, karena sudah melewati batas keseimbangan.

Kita ambil contoh nyata yang ada di kehidupan kita sehari-hari. Berbagai tayangan berita di sejumlah media massa, seperti televisi, radio, surat kabar, tak henti-hentinya menayangkan berita-berita yang berbau kriminal. Mulai dari permapokan, pemerkosaan, pembunuhan, pertikaian antar kelompok, dan lain-lain. Motifnya bisa bermacam-macam,  ada motif ekonomi, perselingkuhan, sampai motif kepentingan antar kelompok.

Jika dikaitkan dengan konsep zona merah, semua tindakan kriminal tersebut sudah masuk ke dalam zona merah, karena jelas tindakan-tindakan yang dilakukan itu sudah melanggar moral, etika, hukum, dimana meberikan efek negatif dan merugikan banyak  pihak, baik bagi diri pelaku sendiri, pihak korban, masyarakat luas, maupun lingkungan sekitar.

Zona merah merupakan zona ketidakseimbangan. Artinya, jika seseorang memasuki zona merah, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidup kita, sehingga membuat  hidup kita terguncang dan tentunya akan berpengaruh terhadap kehidupan orang lain di sekitar kita.

JARAK KESELAMATAN


Jalan keseimbangan memiliki jarak. Jarak merupakan variable yang dihasilkan oleh dua garis batas keseimbangan yang mengapit jalan keselamatan. Rentang antara dua garis batas keseimbangan itulah yang disebut ‘jarak keselamatan’.

Manusia diberikan kebebasan untuk memilih tindakan apa yang akan dilakukan. Oleh sebab itu, manusia adalah makhluk yang dinamis, bergerak terus seiring berjalannya waktu. Pergerakan manusia bisa melalui berbagai arah. Sehingga, jarak berfungsi untuk memfasilitasi arah pergerakan manusia tersebut.

FLEKSIBILITAS

Jarak keselamatan berada di dalam jalan keseimbangan, dan menghasilkan konsep ‘fleksibilitas’. Artinya, dengan adanya jarak, manusia bisa bersikap dan bertindak secara fleksibel.

Fleksibilitas sangat diperlukan di dalam menjalani kehidupan ini. Zaman terus berubah dari masa ke masa. Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, akan berpengaruh terhadap peradaban manusia. Tentunya hal ini memiliki dampak positif dan negatif. Positif jika kita bisa memanfaatkannya untuk hal-hal konstruktif yang berguna bagi kemaslahatan umat, dan negatif jika kita menyalahgunakannya untuk hal-hal destruktif yang merusak dan menghancurkan kemaslahatan umat. 

Arus perubahan zaman ini tidak bisa kita bendung. Hikmahnya adalah, mau tidak mau, suka tidak suka, arus perubahan ini harus kita jalani. Oleh sebab itu, kita harus mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut, agar kita bisa terus mengikuti arus perkembangan dan kemajuan zaman, sehingga kita mampu terus tetap eksis di dalam kehidupan ini.

Agar mampu beradaptasi dengan baik, diperlukan adanya fleksibilitas di dalam tindakan-tindakan yang kita lakukan. Tentunya, sikap yang fleksibel tersebut harus tetap berada di dalam ‘jalan keselamatan’, dan tidak keluar dari ‘batas keseimbangan’, guna menjaga kestabilan dan keseimbangan hidup kita.

Beberapa hal yang membutuhkan fleksibilitas, misalnya :
·         Pola asuh orang tua terhadap anak
·         Penggunaan teknologi
·         Pola komunikasi dengan orang lain




JALAN KESELAMATAN


“Jika manusia berhasil melewati kehidupan ini dengan tetap berada di jalan keselamatan, berbahagialah ia di dunia dan akhirat..”

Jalan keselamatan adalah sebuah jalan yang diapit oleh dua buah garis batas keseimbangan. Jalan ini adalah jalan yang harus ditempuh oleh manusia, jika ingin selamat di dunia dan akhirat.
Bukan hal yang mudah untuk tetap berada di jalan keselamatan ini. Banyak terdapat halangan dan rintangan yang menghadang langkah-langkah yang akan kita jalani. Dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh, konsisten dan fleksibel untuk tetap berada di jalan ini.

Halangan dan rintangan di jalan keselamatan ini merupakan bentuk cobaan dan ujian yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia. Hal ini memunculkan nilai-nilai kesabaran, keikhlasan, ibadah, kasih sayang, cinta, dll. Siapa yang berhasil melewatinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, dan tetu saja harus sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam Al Quran dan Hadist, maka ia akan berbahagia tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat kelak.

Jalan keselamatan memiliki beberapa aspek, antara lain :
·         Batas keseimbangan
·         Jarak
·         Fleksibilitas
·         Tingkat kedalaman

BATAS KESEIMBANGAN


“Tidak akan ada keburukan, kejahatan, permusahan, jika manusia tidak melewati batas keseimbangan..”

Batas keseimbangan disini maksudnya adalah garis yang membatasi jalan keselamatan manusia. Selama kita masih berada di dalam jalan keselamatan dan tidak keluar melewati batas ini, maka kita masih bisa menjaga kesimbangan dalam perjalanan hidup ini, dan akan menghasilkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran pada diri kita. 

Akan tetapi, jika kita bergerak keluar dan melewati batas ini, maka akan memunculkan nilai-nilai keburukan dan kejahatan pada diri kita, sehingga hidup kita menjadi goyang dan tidak stabil, karena telah melanggar batas keseimbangan tersebut.

Jika dikaitkan dengan konteks perilaku dalam kehidupan sehari-hari,  semuanya mempunyai ‘takaran’ atau ‘porsi’ yang ideal. ‘takaran’ yang ideal inilah yang termasuk ke dalam keseimbangan. Namun ketika manusia melakukan suatu hal yang melebihi ‘takaran’ ideal tersebut, tentunya volumenya akan melebihi takaran ideal tersebut, sehingga sisanya akan tumpah dan mengotori hal-hal yang ada disekitarnya.

Analoginya seperti sebuah gelas kosong yang diisi air. Selama air gelas belum terisi penuh, tidak menjadi masalah. Tetapi jika gelas tersebut sudah penuh, lalu diisi air lagi, maka air tersebut akan tumpah, karena volume air sudah melebihi takaran maksimal dari gelas tersebut.
Tumpahan inilah yang akan menghasilkan efek negatif, baik kepada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Logikanya, semakin banyak tumpahan yang dibuat, maka kekuatan dari efek negatif yang dihasilkan akan semakin bertambah. 

Kita ambil contoh nyata yang ada di dalam kehidupan kita sehari-sehari. Misalnya dalam hal percintaan, khususnya di kalangan para remaja kita dewasa ini. Kita lihat betapa banyak para remaja kita yang sudah melakukan hubungan seks di luar nikah. 

Sangat disayangkan, mengingat para remaja merupakan generasi penerus bangsa ini. Banyak pihak yang dirugikan karena perilaku tersebut, mulai dari hilangnya keperawanan sang wanita, hilangnya harga diri, selain itu juga berdampak terhadap keluargan mereka  karena telah membuat malu keluarga, bahkan sampai berdampak terhadap masyarakat luas.

Hal ini terjadi karena mereka telah melakukan suatu perbuatan atau perilaku yang telah melewati batas keseimbangan. Lain halnya jika mereka tidak melakukan perbuatan yang sesuai dengan ‘takaran’ idealnya, maka tidak akan ada pihak yang dirugikan, baik dari pelaku itu sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.

Oleh sebab itulah, kita sebagai manusia yang diberikan potensi untuk berperilaku dan bertindak, alangkah baiknya jika tindakan kita itu sesuai dengan ‘takaran’ idealnya, dan tidak melewati batas keseimbangan, agar  terjadi keharmonisan dan ketenteraman dalam hidup kita..

Batas keseimbangan dapat berupa :
ü  Hukum-hukum yang terdapat dalam Al Quran dan Hadist
ü  Prinsip-prinsip moral dan etika
ü  UUD 1945